Hadramaut, atau Hedramaut, حضرموت
("Hadhrmawt") atau Havermavt (Bahasa Ibrani) adalah povinsi dengan wilayah terbesar di negara
Yaman, Provinsi ini memiliki relief atau bentuk bumi yang terdiri
dari dataran dengan pantai mempesona di
lautan semenanjung arab, pegunungan dan perbukitan
yang tingginya mencapai 2000 m diatas permukaan laut serta dataran
kosong (Empty Quarter) yang luas seperti
padang pasir. Di sana juga terdapat banyak sekali Wadi atau
lembah, dan lembah yang paling besar adalah lembah Hadramaut yang memiliki
banyak sekali anak sungai, lembah ini cukup subur untuk ukuran negeri Yaman yang umumnya padang pasir tandus. Dalam Alkitab (Kejadian:10-26-28) Hadramaut disebut sebagai "Hazarmaveth".
Provinsi Hadramaut
terletak di sebelah tenggara negara Yaman yang berbatasan dengan Mahara di
sebelah timur dan berbatasan langsung dengan negara Oman disebelah barat,
sedangkan di sebelah utara Propinsi Hadramaut meluas jauh sampai dataran kosong
yang sangat luas (Empty Quarter), dan disebelah selatan berbatasan dengan pantai
yang menghadap ke Laut arab dan jauhnya mencapai 777 km dari Sana’a (Ibukota
negara Yaman).
Iklim Hadramaut
Iklim di Hadramaut panas dan tropis di musim panas dengan suhu yang mencapai 40oC
di pedalaman, di mana iklim tropis kering berlaku. Sedangkan di daerah pesisir,
suhu mencapai 36oC karena musim hujan yang lembab, dan di musim dingin suhu cenderung normal,
berkisar antara 20-24oC di pantai dan 17 - 20oC di
pedalaman.
Sejarah Hadramaut
Hadramaut merupakan negeri asal dan tempat tinggal Nabi Hud dan Saleh. Awal mula nama ini masih
menjadi perdebatan. Sebagian kelompok mengambil kisah orang-orang Yunani yang
menemukan air di lembah tandus Arabia dan kemudian menamakannya dengan Hydreumata
atau sumber air. Sementara sebagian yang lain mengambil kisah orang-orang Arab kuno, dari zaman sebelum
orang-orang Yunani mencapai lembah Arabia. Alkisah, dahulu kala Lembah Arabia
merupakan tempat orang-orang barbar yang suka berperang dan saling membunuh.
Kisah kejantanan dan keperkasaan mereka dalam perang selalu mereka banggakan
dan mereka luapkan dalam bentuk puisi, sya'ir dan juga memberi pujian kepada
pahlawan-pahlawan dari suku-suku dan kabilah mereka masing-masing. Pada waktu
itu di bagian selatan lembah Arabia (Hadramaut) tinggal seseorang yang paling
ditakuti oleh semua keluarga, bani, suku dan kabilah di seluruh arab. Orang
tersebut bernama Amir Bin Qahtan, dia ditakuti karena keberaniannya,
kejeliannya dan keperkasaannya. Setiap kali Amir Bin Qahtan berpartisipasi
dalam sebuah perang maka tempat tersebut akan berubah menjadi lembah kematian.
Karena itulah suku-suku Arab pada waktu itu menamai tempat Amir Bin Qahtan
tinggal sebagai hadramaut yang berarti Hadra=hadir maut=kematian
yaitu di mana Amir Bin Qahtan berada, di situ pula kematian hadir bersamanya.
Pada masa pasca Nabi Muhammad SAW, kebanyakan dari mereka memeluk Islam dan
menjadi pedagang dan petualang yang menghubungkan antara bagian timur benua Afrika (Sudan, Somalia, Eritrea) dengan bagian selatan
benua Asia (India, Indonesia); dengan demikian menjadi
pelaku Jalur Sutera laut.
Di Hadramaut juga tersebar ribuan keturunan Rasulullah yang berhijrah dari
Makkah, dalam tujuan menghindari kekacauan yang ada di Makkah dan Madinah
karena kaum Qaramitha yang ekstrem. Semula tanah Hadramaut penuh dengan kaum Khawarij dan Syi'ah Zaidiyyah, tapi berkat dakwah para sayyid yang berhijrah ke Hadramaut, para Khawarij berputar haluan ke madzhab Sunni Syafi'i. Keturunan Rasulullah di
Hadramaut biasanya adalah keturunan Sayyidina Husein yang melewati jalur nasab
Sayyid 'Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al Muhajir ila Allah bin Isa ar-Rumi bin
Muhammad an-Naqib bin Ali al-Uraidhi al Huseini disebut Bani 'Alawi (Ba'alawi) atau Alawiyyin. Dan mereka, banyak yang berhijrah ke Nusantara.
Kebanyakan dari mereka berdagang dengan mengikuti arah angin barat dan
timur. Hal inilah yang memaksa mereka menunggu selama beberapa bulan sebelum
mereka kembali ke kampung halaman mereka. Selama masa penungguan inilah
interaksi antara mereka dengan penduduk asli terjadi. Sebagian di antara para
pedagang itu berdakwah dan juga menikahi gadis-gadis pribumi dan kebanyakan
dari mereka menetap di sana.
Sebagian besar kaum keturunan Arab di Indonesia umumnya berasal dari wilayah ini. Ini dapat ditelusuri dari nama-nama
marga mereka, seperti Al Amri, Alaydrous, Badjubier, Bawazier, Al Khered, Al Kaff, Al Attas, Al Kathiri, Bin zagr, Bin Abdat, Sungkar, Al Habsyi, dan lain sebagainya.
Kota-kota di
Hadramaut
Mukalla
Mukalla adalah
Ibukota Provinsi Hadramaut dan dikenal sebagai salah satu pelabuhan Yaman di
Laut Arab. Ia dikenal dengan nama Khaisa atau Bandar Yakoub sebelum berganti
nama dengan Mukalla sebagaimana yang kita ketahui sekarang ini. Penduduk awal
kota ini adalah kelompok nelayan yang
berimigrasi dari beberapa
daerah disekitar kota ini.
Kota Mukalla juga
dikenal sebagai tempat kepangeranan pertama Al-Kasad didirikan pada akhir abad
ke-18 Masehi, kemakmuran dari kepangeranan pertama Al-Kasad menjadikan kota ini
memiliki gaya arsitektur kota Pesisir yang terletak di Laut Arab dan Laut Merah
seperti Aqaba, Jeddah, Hodeidah, Mokha, Luhayya, dan Aden. Fitur yang menonjol
dari kota Mukalla adalah Ma'een Palace, istana
yang dibangun oleh Sultan Bin Omer Awadah Qu'aiti dan didalamnya
terdapat Museum Arkelologi Kota Mukalla. Ada juga Benteng Ghuwaizi yang
dibangun di pintu masuk kota sebagai pos penjaga, dibangun pada tahun 1884
Masehi.
Ghail Bawazeer
Ghail Bawazeer terletak
sekitar 35 km sebelah timur dari kota Mukalla, kota ini merupakan daerah Subur
pertanian yang tumbuh tembakau yang sangat banyak disana, sehingga muncullah
istilah Ghaili Tembakau, yang dianggap sebagai tembakau terbaik di Yaman.
Selain tembakau, di kota ini banyak tumbuh juga Pohon Palm, Henna, dan Kelapa. Fitur
yang menonjol dari dari Ghail Bawaazeer adalah Rumah singgah atau istirahat
Sultan Qu'aiti ketika melakukan perjalanan jauh, dan sekarang disebut Ghail Tourist Rest House.
Shiher
Kota ini terletak 62
km sebelah timur dari Mukalla, dan dikenal juga dengan nama Sam'oun dan Souq. Nama
Souq dikaitkan dengan Shiher dikarenakan tempat ini termasuk dalam jajaran
pasar Pra-Islam yang terkenal di Arab seperti Awkadh, Sana'a dan Doumat Al
Jandal, dan dulu disebut Shiher Al-Mahrah.
Sekarang, kota Shiher
berkembang sebagai kota pelabuhan dengan perkembangan yang sangat pesat setelah
runtuhnya pelabuhan kuno Qan’a. Ekspor terbesar dari pelabuhan ini adalah dupa yang
didatangkan dengan unta dari timur jauh yaitu Maharah menuju Shibam dan
kemudian baru menuju Shiher. Pelabuhan Shiher digunakan sebagai kawasan
intensif perdagangan dengan pelabuhan India, Teluk Arab, Afrika Timur, dll.
Kota ini menjadi lebih penting selama periode Abbasiyyah sampai diserbu oleh
Portugis pada tahun 1523 Masehi.
Seiyoun
Seiyoun adalah Kota
utama di Hadramaut, karena kota ini adalah ibukota administratif wadi (lembah)
hadramaut, dan jaraknya 320 km jauhnya dari Mukalla. Kota ini telah dijadikan
ibukota wadi sejak abad ke-15. Kota ini disebutkan dalam prasasti kuno Musnad.
Sejarawan klasik menyatakan bahwa kota ini adalah kota besar untuk dinasti
Hadramaut, Hemyar (حمير), dan Kendah (كندة). Seiyoun adalah sebuah
kota yang menarik, banyak dibangun rumah yang berlantaikan 3-4 di kota ini, dan
sebagian besar rumah-rumah itu dibangun dan diperkuat dari batu bata, tanah
liat dan jerami. Kota ini dikelilingi oleh pegunungan dan pohon-pohon palm.
Fitur yang paling menonjol dari kota ini adalah beberapa masjid kuno dan istana
raja.
Tareem
Kota Tareem Terletak
di tepi kiri Hadramaut, 35 km sebelah timur laut dari Seiyoun. Tareem, pada
zaman kuno merupakan tempat berkuasanya raja-raja dari kabilah Kendah serta menjadi
ibukota bagi Wadi Hadramaut sebelum Seiyoun. Kota ini juga merupakan pusat intelektual Islam seperti
kawasan Zabid, Dhamar, Jibla dan Saada. Dikota ini juga terdapat beberapa
lembaga islam yang dikenal di Asia, Afrika bahkan Eropa, seperti Ribat Tareem,
Daar Al-Musthafa dan Universitas
Al-Ahqaf. Ada juga Perpustakaan
Al-Ahqaf di Tareem yang merupakan Perpustakaan terbesar kedua di Yaman, didalamnya
terdapat lebih dari 5000 manuskrip kuno buah karya ulama islam terdahulu.
Banyak juga dari warga Hadramaut khususnya dari Tareem yang berimigrasi ke berbagai belahan dunia seperti Afrika
Timur, India dan Asia Tenggara sejak awal abad ke-13. Di antara
mereka adalah ulama, sarjana, ilmuwan dan pedagang,
yang semuanya menyebarkan Islam ke berbagai belahan dunia.
Setelah kembali dari imigrasi denagn penyebaran islam
didalamnya, sering kali mereka membangun sebuah masjid sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas kembalinya
ke tanah leluhur, oleh karena itu di Tareem terdapat banyak
sekali masjid yang jumlahnya mencapai 300 masjid, selain
itu mereka membangun juga sebuah rumah untuk menunjukkan kekayaan mereka setelah kembali dari
imigrasi yang panjang. Oleh karena itu,
rumah-rumah tinggi dibangun bersama dengan istana dengan gaya arsitektur baru yang dikembangkan dengan menggabungkan antara gaya
arsitektur Asia Timur dan India
dengan gaya arsitektur lokal. Hal ini dapat dilihat pada eksterior rumah yang indah dan istana yang dikelilingi oleh
pohon-pohon palm.