• Hadramaut merupakan tempat tinggal Nabi Hud dan Nabi Saleh....
  • Dalam menyambut bulan Ramadhan, Hadramaut memiliki beberapa ciri khas....

Refleksi Ramadhan di Bumi Fuqoha

Ramadhan adalah bulan penuh berkah dimana setiap amal kebaikan dilipat gandakan oleh Allah SWT sebanyak tujuh puluh kali lipat tanpa melipat gandakan amal kejelekan, ini adalah salah satu anugerah yang diberikan Allah SWT kepada umat terbaik di antara umat-umat lainnya. Keberkahan yang dimiliki bulan Ramadhan ini menyebar pengaruh kepada ummat muslim di berbagai belahan dunia baik itu negeri Arab atau negeri non Arab (Ajam). Indonesia misalnya, negara yang memiliki penduduk muslim terbanyak di dunia selalu menyambut kedatangan bulan suci ini dengan suka cita, setiap masjid yang ada di Indonesia selalu mengalami peningkatan jumlah jama’ah shalat Isya dan Tarawih yang drastis pada malam pertama Ramadhan disusul dengan jama’ah shalat subuh pada keesokan harinya, tidak hanya itu rezeki penduduk muslim Indonesia pada bulan Ramadhan juga biasanya meningkat dari pada rezeki mereka pada hari-hari biasa, dan banyak lagi pengaruh lain yang disebabkan oleh bulan Ramadhan. Tapi bagaimana keadaan Ramadhan di negara-negara Arab, Yaman misalnya?

Republik Yaman khususnya Hadramaut, wilayah yang berada di bagian Yaman Selatan ini  merupakan salah satu wilayah di jazirah Arab yang tidak terlalu banyak mengalami perubahan akibat modernisasi kehidupan yang disebabkan oleh kemajuan teknologi di banyak negara di dunia, keadaan alam dan nilai-nilai Islam yang masih kental tetap terpelihara di wilayah ini.
Adapun suasana Ramadhan di Yaman, tepatnya di ibukota Sana’a. Cuaca yang begitu dingin di dataran tinggi ini, sangatlah bersahabat. Karena di tempat ini kita tidak pernah mengalami musim panas. Kegiatan dan aktivitas sehari-hari pun tak begitu terasa, tiba-tiba hening sesaat, jam 06:15 sore telah terdengar kumandang adzan, seakan puasa sangatlah singkat di tempat ini. Berbeda jauh dengan Hadramaut, sedikit agak berbeda dengan di Indonesia tentunya. Karena bulan Ramadhan di tempat ini, biasanya jatuh di saat musim panas. Bagi orang-orang yang belum terbiasa dengan keadaan ini khususnya para pelajar yang datang dari Belahan Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, dll. puasa menjadi semakin menantang karena selain menahan haus dan lapar, juga menahan diri dari sengatan hawa panas yang kurang bersahabat.

Dalam menyambut bulan Ramadhan, Hadramaut memiliki beberapa ciri khas. Suasana kekeluargaan pada bulan ini benar-benar terasa. Acara-acara untuk menyambung silaturrahim tidak ketinggalan mereka gelar ketika bulan ini. Masjid-masjid dipercantik sedemikian rupa. Dipasangi lampu-lampu yang menyala begitu indah ketika malam hari. Karena sebagaimana kebiasaan orang-orang arab, ketika Ramadhan datang, siang bagai malam dan malam bagai siang. Jangan heran kalau jalan-jalan dan masjid-masjid tetap ramai sampai menjelang fajar. Begitu juga di Hadramaut, suasana seperti ini juga terlihat. Kalau siang, jalan-jalan terlihat sepi, namun kalau malam, suasana jalanan terlihat sangat ramai.

Begitu juga ketika Ramadhan tiba, beberapa kota di Hadramaut menggelar acara khusus, acara khataman Al-Qur’an menjadi ciri khasnya, dan memiliki nama yang berbeda-beda pada setiap kota. Kalau di kota Mukalla yang merupakan ibukota Hadramaut, acara ini dinamakan “Khatam”, sedangkan penduduk kota Haami menamakannya “Khitaami.” Acaranya pun di setiap kota agak sedikit berbeda, meskipun tetap mengandung satu makna, yaitu menyambung silaturrahim antara umat Islam. Karena pada acara ini orang-orang berkumpul mulai setelah shalat ashar sampai lewat tengah malam. Untuk di Mukalla, acara Khatam ini biasanya dilangsungkan oleh pengurus-pengurus masjid ketika tanggal 9 Ramadhan, dan seterusnya rutin digelar setiap dua hari sekali.

Ada beberapa pemandangan berbeda dari hari-hari biasanya di luar Ramadhan, Beberapa bufiyyah (warung snack dan minuman) mulai buka jam setengah lima sore. Sedangkan semua Restoran, KFC, Baskin Robbin, dan Snow Cream, dibuka mulai pukul 20.00 hingga 02.00.
Begitu juga dengan pedagang di sore hari yang semakin ramai, mereka menjual beberapa makanan khas berbuka, seperti syambusa (semacam pastel), bakhomri (sejenis roti), bakiyyah (seperti bakwan), dan syurbah (bubur dari gandum yang dicampur ayam atau daging).

Di Yaman sendiri, khususnya di Hadramaut, ada pemisahan antara iftar (buka puasa) dan asya' (makan malam). Kebiasaan berbuka puasa di Hadramaut pun agak sedikit berbeda, Ketika adzan maghrib berkumandang, mereka tidak langsung menyantap nasi, akan tetapi hanya makan beberapa “maqliaat” (gorengan) khas yang seperti disebutkan di atas tadi, dibarengi dengan “Syayi Halib” (teh susu), “syayi ahmar” (teh manis), atau “gahwah zanjabil (kopi arab yang dicampur jahe) minuman yang konon mulai banyak dikonsumsi pada abad 8 Hijriah ini, tak pernah absen pada acara-acara kumpulan semacam maulid nabi, hadrah, majlis talim dan acara ritual agama lainnya.

Barulah kemudian setelah selesai melaksanakan sholat Magrib, mereka menyantap makan malam dengan menu utama nasi kuning dan daging kambing. Tapi ada beberapa orang Hadramaut sama sekali tidak menyantap nasi ketika berbuka. Setelah shalat maghrib mereka hanya menyantap syurbah dan maqliaat sambil mengobrol menunggu datangnya waktu shalat isya. Mereka hanya banyak mengkonsumi minuman-minuman pada malam hari, seperti asheer (jus buah-buahan), sirup, dll. Nanti ketika waktu sahur, barulah mereka menyantap nasi. Dan orang-orang ini biasanya baru berbuka dengan nasi di hari-hari terakhir Ramadhan.

Suasana lain yang terasa beda ketika bulan Ramadhan adalah dalam pelaksanaan shalat tarawihnya. Di beberapa kota di Hadramaut shalat tarawih tidak hanya digelar satu kali. Kota Tareem misalnya, kota yang terkenal dengan sholat taraweh 100 rakaat. Di kota ini, jama’ah tarawih di masjid-masjid hampir tiap jam ada. Kita tinggal memilih, mau shalat tarawih jam berapa, insya Allah ada masjid yang menggelar shalat tarawih. Misalnya saja di Masjid As-Sakran, tarawih dilaksanakan pada pukul 21.00 waktu setempat. Pendiri Masjid As-Sakran adalah Habib Abu Bakar As-Sakran yang kumpulan do'anya dikenal di Indonesia dengan Wirdu As-Sakran.

Sekitar seratus meter dari Sakran, terdapat Masjid Ba'alawi, dibangun oleh Imam Ali bin Alawi Khali' Qasam (529 H). Masjid yang mempunyai 'kembaran' di Singapura ini, menyelenggarakan tarawih pada pukul 23.00. Di Masjid Al-Muhdlar pada pukul satu tengah malam. Dan menjelang sahur atau sekitar pukul 02.30, para jamaah biasanya mengikuti sholat tarawih di Masjid Jami, masjid terbesar di Tareem. Demikian dengan ratusan masjid lain yang mempunyai 'jam khusus' namun selalu dipenuhi para jamaah. Sedangkan untuk sholat Witir, salah satu masjid yang letaknya berada di dalam Rubath Tarim, melakukannya dengan 11 rakaat.

Pembagian waktu ini telah ada sejak berabad-abad, dan tak pernah berubah sepanjang tahun. Umumnya penduduk kota telah mengetahui jadwal tersebut dan 'tinggal pilih' akan melaksanakan Sholat Terawih di masjid mana. Maka sebab itulah kota Tareem terkenal dengan sholat taraweh 100 rakaat.

Sedangkan di beberapa kota lainnya yang ada di Yaman, beberapa masjid menggelar jama’ah tarawih dua kali, pertama ketika awal Isya yaitu sekitar jam 8.30, dan yang kedua adalah ketika lepas tengah malam, sekitar jam 2.00.

Jadi, malam-malam ketika bulan Ramadhan begitu terasa. Suara-suara jama’ah tarawih dan senandung-senandung tadarrus Al-quran terdengar santer dari masjid-masjid. Menghidupkan malam Ramadhan dengan harapan pengampunan dosa dan pahala yang berlipat atas amal ibadah yang dilakukan.

Seperti di Indonesia, di Hadramaut ada juga orang-orang yang berkeliling untuk membangunkan sahur. Mereka biasa disebut “muthobbil” (orang yang memukul bedug). Mereka juga berkeliling membangunkan orang-orang, seperti yang biasa kita temukan di Indonesia.

Ketika memasuki hari-hari terakhir Ramadhan, suasana ibadah semakin terasa. Di beberapa kota, seperti di Haami, jama’ah tarawih bahkan diwajibkan. Ketika 10 malam terakhir, doa-doa setelah shalat witir diperpanjang. Malam lebih dihidupkan lagi dengan ibadah.  Ada jama’ah shalat tasbih yang hanya digelar ketika 10 malam terakhir bulan Ramadhan.
    
Di beberapa kota, bahkan ada yang menggelar acara khusus kecil-kecilan. Sekedar baca qasidah atau nasyid dan doa-doa khusus setelah jama’ah shalat tarawih. Biasanya digelar ketika malam terakhir bulan Ramadhan.


Ramadhan di Hadramaut benar-benar penuh berkah. Walaupun bisa di bilang kami belum terlalu lama disini, namun suasana keberkahannya sudah sangat terasa dan memberikan secercah ketenangan di hati kami.

Semoga apa yang kami persembahkan ini, dapat bermanfaat buat kita semua. Dan kita bisa menjadi hamba-hamba ALLAH Azza Wa Jalla yang mendapatkan keberkahan dan ampunannya di bulan suci Ramadhan, serta bisa mencapai derajat Muttaqin. Amiin Yaa Rabb..